Menghadapi Gelontoran Sembako dan Serangan Fajar

    Menghadapi Gelontoran Sembako dan Serangan Fajar
    Jacob Ereste Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

    OPINI - Pemilu curang itu sudah bisa dipahami, persis seperti penyakit bawaan dari sononya. Jadi amsal semacam penyakit bawaan, kumatnya memang dominan menjelang Pemilu akan berlangsung. Maka itu saran Kawan saya Parto Glinding, harus dilawan dengan kecurangan juga.

    Arti kecurangan yang dimaksud Parto Glinding adalah kecurangan yang boleh dilakukan oleh para pemilih ketika diguyur oleh Sembako dan tebaran amplop, termasuk menghadapi serangan Pajar. Cara terbaik adalah menerima saja semua gelontoran pemberian yang berpamrih minta dukungan itu, tapi rakyat tetap saja kekeh dengan pilihan ideal yang sudah menjadi ketetapan hati dan akal sehat sebelumnya.

    Sebab selama ini kecurangan yang  dihalalkan adalah dari pihak kandidat serta pendukungnya yang membabi buta. Sedangkan kecurangan dari pihak pemilih - - seperti contoh tadi, menerima semua bentuk bingkisan yang dibagikan - - tapi pilihan tetap panggah pada sosok yang telah  kita seleksi dengan nalar yang sehat dan waras untuk Calon yang memang jelas akan selalu berpihak kepada rakyat.

    Sikap warga pemilih - - yang memiliki suara sah untuk dapat menentukan calon pemimpin terbaiknya Indonesia pada masa depan - - sebagai rakyat yang sedang berpesta demokrasi pun tak adil dikatakan haram bila melakukan kecurangan juga. Misalnya, mengambil bingkisan sembako dan amplop yang ditebarkan itu, tapi tetap pada pilihan yang sudah menjadi ketetapan hati sebelumnya.

    Agaknya, hanya dengan cara "perlawanan budaya panggah" serupa ini mereka yang curang itu akan kapok dan merasa tiwas, hingga pada kesempatan lain tak lagi hendak melakukan beragam macam kecurangan yang bisa mereka lakukan sekehendak hatinya sendiri, tanpa menenggang hati kita sebagai pemilih.

    Dan ingat, sebagai pesta demokrasi selama 5 tahun sekali,   sebagai rakyat pantas unjuk sikap berdaulat karena suara rakyat pun pantas untuk diyakini sebagai suara Tuhan. Dan suara Tuhan hanya rakyat yang bisa mewakili suara dari langit itu, melalui gelombang spiritual yang kukuh bersemayam di hati yang suci dan ikhlas, tidak dari penguasa yang terlanjur mabuk kekuasaan.

    Jadi, menghadapi Gelontoran Sembako dan serangan fajar itu,   harus tenang seperti menghadapi bekal yang semakin ramai beraksi sebagai pertanda himpitan ekonomi semakin gawat. Tak perlu ditangkis dan tak usah  ditolak. Sebab kalau menolak kita bisa dianggap musuh. Sementara harga beras dan minyak goreng di pasar terus bertingkah tanpa mampu dikendalikan. Lha, iya to. Semua ragam macam jenis isi sembako sudah diborong semua oleh tim sukses.

    Sebab kata Karto Glinding yang mengutip nasehat kawannya, Markenun, sesekali rakyat yang curang tak apa, karena mungkin dengan cara itu mereka yang mengiming-iming dengan Sembako dan beragam bentuk bingkisan lainnya itu, pasti akan kapok, karena rakyat sudah semakin cerdas, terima angpao nya, tapi tidak ogah pilih orangnya. 

    Alasan Markenun yang diteruskan juga oleh Karto Glinding kemarin itu, sesekali rakyat curang, tak apa.  Toh, yang dicurangi itu cuma segelintir orang yang culas. Tapi mereka yang culas itu, bisa mencurangi rakyat yang banyak jumlahnya, hanya demi kekuasaan.





    Banten, 10 Januari 2024

    Jacob Ereste

    Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

    mesuji lampung
    Udin Komarudin

    Udin Komarudin

    Artikel Sebelumnya

    Bawaslu Mesuji Melaksanakan Pengawasan Sortir...

    Artikel Berikutnya

    Kronologis Korban Pemerasan dengan Motif...

    Berita terkait

    Rekomendasi berita

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Bawaslu Mesuji Gelar Bimtek Penguatan Kapasitas Panwascam di Hotel Horison
    Hendri Kampai: Aliansi Antar Kementerian Ciptakan Generasi Emas yang Siap Bersaing di Tingkat Global
    Hendri Kampai: Indonesia Emas, Mimpi Indah atau Nyata? Saatnya Tiga Kementerian Mulai Kolaborasi!

    Tags